
- Just Migrate From Woodsboro Will Ya? -
Cukup mengejutkan proyek ini pada akhirnya mendapatkan lampu hijau dari para studio besar di Hollywood. Jarang film beranak pinak menjadi lebih dari 3 seri, terlebih genre horror. Semakin mengejutkan lagi, sebuah film horor seri keempat yang lolos masuk ke layar lebar dan tidak hanya untuk konsumsi dvd biasa. Padahal tidak ada dukungan dari aktor yang kuat, kecuali beberapa nama yang cukup terkenal sebagai bintang televisi, tapi tidak ada satupun nama aktor disini yang memiliki kredibilitas kuat sebagai bintang Hollywood. Lalu apa yang membuat film ini dianggap special dan mampu mengangkat nama seri "Scream" sekali lagi?
Sidney Prescott akhirnya harus kembali berhadapan dengan masa lalunya setelah ia menerbitkan buku untuk menandakan suksesnya ia melepaskan diri sebagai seorang korban. Kehidupan woodsboro yang semulanya tenang-tenang saja kembali kedatangan terror pembunuhan berantai bersamaan dengan momen kedatangan Sidney ke kota tersebut. Sebutan pembawa kematian sepertinya cocok disematkan kepadanya setelah satu persatu orang yang berada di dekatnya meninggal secara mengenaskan. Mampukah ia, bersama Dewey dan Gale menghentikan rangkaian pembunuhan ini sebelum terlambat
Seri Scream memiliki kekuatannya sendiri dalam menghadirkan rasa deg-degan luar biasa ketika penonton harus menonton bagaimana satu persatu karakter tewas mengenaskan. Hal ini cukup efektif di dua film pertama dimana thrill yang dihadirkan masih fresh. Demam Scream juga semakin mewabah di Indonesia setelah pemutaran kedua film tersebut di salah satu stasiun tv swasta. Film ketiganya mulai kehilangan amunisi tingkat keseraman karena banyaknya jumlah orang yang meninggal rupanya tidak urung malah menurunkan tensi film itu sendiri. Bagaimana dengan film keempat ini? Scream 4, ibarat sebuah mobil, berhasil membuang semua amunisi kesegaran yang dulu sempat dimiliki seri tersebut. Film ini tidak lagi mengandalkan kekuatan "deg-degan" yang akan diperoleh penonton, melainkan suara-suara seru yang membuat penonton kaget sesaat. Tidak ada yang benar-benar mengagetkan, atau bahkan membuat kita ketakutan di kursi penonton
Sesuai dengan tradisi seri-seri sebelumnya, seri ini berusaha menjadi "lebih pintar" dengan mengolok-olok kebiasaan bodoh yang dilakukan orang-orang di dalam sebuah film horror. Tapi lucunya, yang mengolok pun tidak pernah menunjukkan kepintaran mereka yang seharusnya sudah mengerti segalanya. Ketololan demi ketololan tetap mereka lakukan dan kali ini justru semakin parah. Karakter yang baru tidak memiliki karakterisasi yang kuat dan karakter-karakter yang lama bermain benar-benar seadanya. Yang benar-benar menggelikan adalah bagaimana polisi-polisi di kota tersebut amat sangat tidak dapat diandalkan dan bagaikan boneka yang menunggu orang-orang berikutnya meninggal. Kalau saya tinggal di kota itu, dalam hitungan detik saya akan bermigrasi. Tidak ada yang impresif sama sekali. Twist yang dihadirkan? Meskipun cukup mengejutkan, terkesan sangat maksa dan tidak logis. Tanpa adanya naskah yang fresh, akting yang meyakinkan, atau pembunuhan yang menegangkan, film ini gagal di semua sisi dan dengan sukses menjerumuskan seri "Scream" ke lembah film dengan sekuel sekuel murahan. Hanya adegan openingnya saja yang lumayan original, sayang tidak direalisasikan menjadi sebuah film. Verdict: 5.5/10
No comments:
Post a Comment